Kuliner Tradisional - Kue Kipo
- 5 tahun yang lalu
TRIBUN-VIDEO.COM - Kipo adalah kue basah tradisional yang merupakan makanan khas dari Kotagede, Yogyakarta.
Kipo merupakan kuliner warisan Kerajaan Mataram Islam di Kotagede.
Cara memasak Kipo biasanya dengan cara dipanggang.
Kipo biasanya berukuran kecil yang tidak lebih besar dari ibu jari orang dewasa.
Kipo biasanya berbentuk pipih berwarna hijau dan diisi dengan enten-enten atau parutan kelapa muda yang dicampur dengan gula jawa.
Biasanya setelah dipanggang kipo mengeluarkan aroma khas yang susah ditemui di makanan lain.
Kipo pernah menjadi panganan yang langka di Yogyakarta, namun semenjak tahun 1986 Kipo kembali dipopulerkan oleh seorang warga Kotagede bernama Paijem Djito Suhardjo.
Saat ini Paijem Djito mengikuti lomba makanan dengan bahan pokok berupa tepung ketan.
Saat itu Paijem Djito memasak Kipo yang merupakan resep warisan dari orang tuanya, Mangun Irono, dan akhirnya masakannya menjadi perhatian.
Paijem Djito lalu mengembangkan jenis kuliner kipo hingga tahun 1991 dan setelah ia meninggal usahanya tetap dilanjutkan oleh anak-anaknya dengan lokasi berada di Jalan Mondorakan, Kotagede, Yogyakarta.
Kipo merupakan kuliner warisan Kerajaan Mataram Islam di Kotagede.
Cara memasak Kipo biasanya dengan cara dipanggang.
Kipo biasanya berukuran kecil yang tidak lebih besar dari ibu jari orang dewasa.
Kipo biasanya berbentuk pipih berwarna hijau dan diisi dengan enten-enten atau parutan kelapa muda yang dicampur dengan gula jawa.
Biasanya setelah dipanggang kipo mengeluarkan aroma khas yang susah ditemui di makanan lain.
Kipo pernah menjadi panganan yang langka di Yogyakarta, namun semenjak tahun 1986 Kipo kembali dipopulerkan oleh seorang warga Kotagede bernama Paijem Djito Suhardjo.
Saat ini Paijem Djito mengikuti lomba makanan dengan bahan pokok berupa tepung ketan.
Saat itu Paijem Djito memasak Kipo yang merupakan resep warisan dari orang tuanya, Mangun Irono, dan akhirnya masakannya menjadi perhatian.
Paijem Djito lalu mengembangkan jenis kuliner kipo hingga tahun 1991 dan setelah ia meninggal usahanya tetap dilanjutkan oleh anak-anaknya dengan lokasi berada di Jalan Mondorakan, Kotagede, Yogyakarta.