Dua Kali Gagal Beri Deteksi Dini, Dosen UGM Tulis Surat Terbuka untuk Jokowi Agar BMKG Dirombak

  • 5 tahun yang lalu



TRIBUN-VIDEO.COM - Dosen pascasarjana Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Bagas Pujilaksono Widyakanigara menulis surat terbuka yang menilai BMKG bukan pertama kalinya gagal memberi peringatan dini.



Dikutip Tribun Video dari BBC Indonesia, Bagas saat dikonfirmasi pihak BBC mengatakan, kegagalan BMKG tersebut yakni untuk kedua kalinya pascatsunami Palu.

Ia juga mengatakan bahwa BMKG gagal memberi peringatan hingga terjadi tsunami di Selat Sunda dan berdampak pada wilayah Banten dan Lampung pada Sabtu (22/12/2018) lalu.



Menurutnya tidak akan ada korban banyak yang berjatuhan apabila BMKG bekerja sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi).

Bagas sangat menyayangkan untuk kasus bencana tsunami yang setidaknya ada 430 orang jiwa tersebut BMKG justru berlindung di balik alasan ketersediaan alat deteksi dini untuk peristiwa tsunami dan gempa karena aktivitas vulkanik gunung api.



Hal tersebut berujung pada desakan yang ditujukan kepada Presiden Jokowi untuk merombak BMKG.

Ia mengatakan bahwa BMKG baru sibuk bicara erupsi Gunung Anak Krakatau, longsoran, dan tsunami baru-baru ini yang harusnya hal itu sudah dibahas sejak lama.



Sistem deteksi dini yang tidak mumpuni juga terlihat pada gempa Palu dan daerah sekitarnya di Sulawesi Tengah pada 28 September lalu. Bencana ini menewaskan lebih dari 2.000 orang.

Sementara itu menanggapi surat terbuka tersebut, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono mengatakan, surat terbuka tersebut dituliskan oleh orang yang tidak mengerti tentang bencana yang terjadi.



Rahmat mengatakan bahwa bencana tersebut disebabkan oleh aktivitas vulkanik, bukan gempa bumi, dan hal itu belum bisa di deteksi BMKG.

Sedangkan untuk kasus bencana di Palu, deteksi dini telah dikeluarkan, namun hal itu dipicu oleh bencana yang memang skalanyanya besar dan terjadi secara bersamaan.



"Ada gempa, tsunami, likuifaksi, longsor, bayangkan. Sebuah kota dihajar bersamaan dengan empat bencana sekaligus. Jangankan empat, satu saja gempa bumi saja sudah memporak-porandakan, sudah banyak korban," kata Rahmat kepada wartawan BBC News Indonesia Callistasia Wijaya.



Pakar geofisika Hery Harjono, menyebutkan perombakan tidak diperlukan karena sebetulnya kinerja BMKG sudah semakin baik dari tahun ke tahun, apalagi dalam hal mendeteksi gempa bumi.



"Bencana seperti tsunami Selat Sunda, yang disebabkan longsor bawah laut, memang hal baru untuk BMKG", ujarnya.

Namun, untuk bekerja maksimal kedepannya, BMKG perlu meningkatkan kerjasama dengan instansi-instansi terkait lainnya seperti badan geologi. (Tribun-Video.com/Yulita Futty Hapsari)

Dianjurkan