Tari Langen Mandra Wanara, Drama Tari Jawa yang Menggunakan Gerakan Tarian Klasik Gaya Yogyakarta
  • 5 tahun yang lalu
TRIBUN-VIDEO.COM - Tari Langen Mandra Wanara merupakan bentuk drama tari Jawa yang menggunakan gerakan dari tarian klasik gaya Yogyakarta.

Tarian Jawa ini hampir memiliki kesamaan dengan Wayang Wong.

Tari Langen Mandra Wanara disajikan dalam bentuk tari dengan posisi jongkok dan terdapat dialog berupa Tembang Macapat.

Tarian Jawa ini merupakan tarian tradisional yang berasal dari Yogyakarta.

Tari Langen Mandra Wanara menggambarkan banyak wanara atau kera yang berfungsi sebagai hiburan dalam tarian Jawa ini.

Selain itu Tari Langen Mandra Wanara juga perkembangan dari drama tari yang telah ada seperti Langendriya yang bersumber dari Serat Damarwulan.

Keduanya disajikan dalam bentuk tari dengan dialog berupa tembang macapat.

Pertunjukkan tari Langen Mandra Wanara biasanya diadakan pada saat upacara pernikahan atau hari besar lain.

Asal Usul

Dalam sejarah, tari Langen Mandra Wanara ini telah ada.

Bahkan ketika mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwana VI, tari langen Mandra Wanara telah ada.

Pada masa itu setiap malam selalu ada kegiatan 'gladen' atau karawitan kecuali pada bulan Ramadan.

Bulan Ramadan dianggap sebagai bulan suci sehingga kegiatan tersebut dihentikan sementara.

Sebagai gantinya dilakukan pembacaan serat babad dalam tembang macapat yang isinya mengisahkan tentang tokoh-tokoh babad dengan segala jasa dan suri tauladannya.

Setelah itu KRT Purwodiningrat mempunyai gagasan agar pembacaan serat babad dilakukan beberapa orang.

Gagasan tersebut diberi sambutan, kemudian gagasan tersebut digabung dengan gagasan Pangeran Mangkubumi yaitu penggunaan kostum yang sesuai dengan tokoh yang dibacanya.

Sementara itu kegiatan tersebut ditambah dengan posisi duduk pembaca saling berhadapan.

Ketika salah seorang pembaca mendapat giliran membaca, maka orang tersebut maju dengan jalan jongkok.

Selanjutnya dikembangkan dengan tari-tarian.

Pada sekitar abad pertengahan ke-20, tari Langen Mandra Wanara kurang diminati oleh para sutresna.

Menurut mereka tarian itu sangat sulit dikuasai karena menari sambil berjalan dalam posisi jongkok.

Kemudian Langen Mandra Wanara digiatkan dan ditata kembali oleh C Hardjasubrata.

Setelah itu tari Langen Mandra Wanara tidak hanya dalam posisi jongkok namun dilakukan dengan berdiri.

Berbeda lagi dengan karya Patih Danurejo VII, Langen Mandra Wanara yang mulanya dilakukan oleh laki-laki, saat itu juga dapat dilakukan oleh wanita.
Dianjurkan