SISI LAIN " BOCAH SAKSI KUNCI AYAH PENGGAL IBU "
- 2 tahun yang lalu
Dengan senyum sumringah, L, gadis kecil yang menjadi saksi pemenggalan sang ibu menyambut dengan ceria beberapa tamu yang datang ke rumahnya.
Terkadang, ia bergelayut manja di lengan para tamu yang memberikannya seplastik besar makanan.
Sorotannya tanpa beban, tapi dari bola matanya terpencar sebuah kesedihan.
Kesedihan akan hilangnya definisi ‘keluarga’ baginya.
Kesedihan karena tidak lagi memiliki sosok ia panggil ‘mamak’, juga ‘ayah’.
Dan juga mungkin memendam banyak kekecewaan.
Si gadis ceria kembali berlari kesana-kemari. Kaki kecilnya yang dibalut jeans selutut itu seolah mematuhi keinginan sang pemilik badan.
Di ujung tengah ruangan, sang abang tertunduk lesu. R (13), santri pondok pesantren di Kabupaten Siak tampak menunduk. Matanya menggambarkan kelelahan yang amat sangat. Sayu dan terkadang berkaca-kaca.
Rabu, 16 Maret 2022 Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB), Fariza, dan rombongannya mendatangi rumah si gadis kecil nan ceria.
Kunjungann Fariza dan rombongan ini dalam rangka pendampingan kepada keluarga korban, dimana anak korban melihat langsung sang ayah menebas leher ibunya.
Kepada DP3AP2KB, Marta Leni, nenek korban bercerita perihal sesaat sebelum anak perempuannya NH meregang nyawa.
Jumat, 11 Maret 2022 lalu, NH yang sedang pergi wirid tak kunjung pulang, sementara teman-teman satu wiridnya sudah pulang. Hal tersebut menimbulkan tanda tanya bagi suami NH, berinisial CD yang telah mondar-mandir sembari melihat ke arah jalan menunggu NH pulang
Saat NH pulang, ia mampir terlebih dahulu ke kedainya, di sebelah Ia membuka kedai makan diberi nama ‘Radela’.
Sebelum kejadian naas terjadi, NH sempat membungkuskan makanan dari kedainya dan membelikan rokok untuk sang suami.
Untuk menghidupi keluarganya, pelaku bekerja serabutan, bahkan terkadang tak bekerja. Sementara itu, NH membuka rumah makan bersama Marta Leni.
Di rukonya, korban juga membuka laundry dan berjualan pulsa.
Mari telusuri di Sisi Lain.
#riauonline
#sisilain
#BOCAHSAKSIKUNCI
#SUAMIPENGGALISTRI
Terkadang, ia bergelayut manja di lengan para tamu yang memberikannya seplastik besar makanan.
Sorotannya tanpa beban, tapi dari bola matanya terpencar sebuah kesedihan.
Kesedihan akan hilangnya definisi ‘keluarga’ baginya.
Kesedihan karena tidak lagi memiliki sosok ia panggil ‘mamak’, juga ‘ayah’.
Dan juga mungkin memendam banyak kekecewaan.
Si gadis ceria kembali berlari kesana-kemari. Kaki kecilnya yang dibalut jeans selutut itu seolah mematuhi keinginan sang pemilik badan.
Di ujung tengah ruangan, sang abang tertunduk lesu. R (13), santri pondok pesantren di Kabupaten Siak tampak menunduk. Matanya menggambarkan kelelahan yang amat sangat. Sayu dan terkadang berkaca-kaca.
Rabu, 16 Maret 2022 Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB), Fariza, dan rombongannya mendatangi rumah si gadis kecil nan ceria.
Kunjungann Fariza dan rombongan ini dalam rangka pendampingan kepada keluarga korban, dimana anak korban melihat langsung sang ayah menebas leher ibunya.
Kepada DP3AP2KB, Marta Leni, nenek korban bercerita perihal sesaat sebelum anak perempuannya NH meregang nyawa.
Jumat, 11 Maret 2022 lalu, NH yang sedang pergi wirid tak kunjung pulang, sementara teman-teman satu wiridnya sudah pulang. Hal tersebut menimbulkan tanda tanya bagi suami NH, berinisial CD yang telah mondar-mandir sembari melihat ke arah jalan menunggu NH pulang
Saat NH pulang, ia mampir terlebih dahulu ke kedainya, di sebelah Ia membuka kedai makan diberi nama ‘Radela’.
Sebelum kejadian naas terjadi, NH sempat membungkuskan makanan dari kedainya dan membelikan rokok untuk sang suami.
Untuk menghidupi keluarganya, pelaku bekerja serabutan, bahkan terkadang tak bekerja. Sementara itu, NH membuka rumah makan bersama Marta Leni.
Di rukonya, korban juga membuka laundry dan berjualan pulsa.
Mari telusuri di Sisi Lain.
#riauonline
#sisilain
#BOCAHSAKSIKUNCI
#SUAMIPENGGALISTRI