Pengabdian seorang guru bernama Henricus Suroto, patut diapresiasi. Dia rela mendatangi rumah para murid untuk melakukan pembelajaran tatap muka agar belajar lebih efektif selama pandemi. Khususnya bagi murid yang tidak memiliki ponsel untuk sistem pembelajaran jarak jaruh (PJJ), ataupun karena kendala sinyal selular yang kurang baik. Sejak pandemi masuk Indonesia, pihak sekolah tempat Suroto mengajar telah mengikuti anjuran pemerintah untuk melakukan pembelajaran daring, namun banyak siswa yang tidak bisa mengakses internet karena kondisi medan di daerah pegunungan.
Proses belajar dilakukan Suroto secara berkelompok, dengan mengunjungi rumah murid. Satu kali belajar terdapat dua hingga enam anak yang terlibat. Mereka memang tinggal dalam satu dusun. Sementara untuk siswa yang terpisah jauh rumahnya, Suroto juga tetap mendatangi rumahnya.
Gerakan yang diprakarsai beberapa guru di SD Kanisius Kenalan, Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah merupakan bentuk tanggung jawab sebagai guru pendamping karena pengalaman belajar secara daring kurang maksimal.
"Meski pembelajaran bisa dilakukan secara daring, tapi tidak bisa menggantikan kehadiran sosok seorang guru," kata dia. Langkah ini direspon positif oleh wali murid karena anak-anak yang tidak bisa belajar dengan sistem PJJ bisa melanjutkan proses belajarnya di era pandemi yang entah kapan akan berakhir.