Referendum Catalonia: Perjuangan panjang Catalonia untuk kemerdekaan - TomoNews

  • 7 years ago
BARCELONA — Pada 1 Oktober, 2017, Catalonia memilih untuk merdeka, keluar dari pihak oposisi dari pemerintahan Spanyol. Untuk memahami apa yang memicu perpisahan pahit ini, kita perlu menggali lagi ke hubungan panjang dan berbatu mereka. Area Timur Laut Catalonia adalah salah satu 17 otonomi komunitas Spnayol. Ini adalah rumah dari 7.5 juta orang dan memiliki bahasa, sejarah dan budaya sendiri.

Catalonia dulunya di bawah kerajaan Aragon, yang bersatu dengan Castile di abad 15. Itu tetap menjadi negara sampai dikalahkan di tahun 1714 Siege Barcelona, dan kedaulatannya dihapuskan. Di bawah pemerintahan Spanyol, orang-orang Catalonia dipaksa mengadopsi bahasa dan kebiasaan orang-orang castile (castilian)



Daerah ini mendapat otonomi ketika Spanyol menjadi republik di tahun 1931, namun kehilangan lagi selama pemerintahan doktator Franco. Kematian Franco mengembalikan demokrasi, kembali membuat Catalonia memiliki parlemen senidir, polisi dan sistem pendidikan.

Meskipun mereka memiliki otonomi tingkat tinggi, para orang-orang Catalan tidak puas dengan pemerintahan pusat. Spanyol menjadi daerah terkaya, memiliki 20% nasional GDP. Namun pemotongan budget yang tinggi selama krisis keuangan 2008 dan tuntutan membayar pajak yang lebih dari yang mereka dapatkan membuat gerakan separatis meninggi.

Di tahun 2010, Mahkamah Konstitusi Spanyol membalik peraturan 2006 yang memberikan status ‘bangsa’ dan sistem pajak sendiri, membuat banyak pihak marah dan menjalankan gerakan untuk kemerdekaan. Gerakan ini memuncak di referandum 1 Oktober, yang disebut Madrir ilegal. Pemisahan Catalonia akan berdampak pada perekonomian Spanyol namun juga dilihat dari daerah yang keluar dari EU. Tanpa perdagangan bebas, daerah ekonomi dapat menyusut dan angka pengangguran dapat berkali lipat.

Namun apakah orang-orang Catalonia ingin kemerdekaan? Menariknya, pemungutan suara sebelum referandum menunjukkan ketika 70% ingin hak untuk memilih, hanya 41% meminta kemerdekaan. Namun masih, Madrid menunjukkan sikap agresif. Pihaknya menangkap pemimpin Catalan dan menghapus website dan aplikasi untuk menggagalkan pemilihan.


Pada hari refrendum, kekerasan memuncak ketika para polisi menyita balot dan memaksa menghentikan orang dari pemilihan. Di luar bahaya, para pemilih yang hadir
42.3%, dengan hampir 90% orang-orang yang memilih mendukung pemisahan diri. Presiden Catalonia mengatakan dirinya akan mendeklarasikan kemerdekaan dalam waktu 48 jam jika pihak ‘ya’ menang. Jika ini terjadi, Spanyol akan memasuki krisis konstitusi dan mungkin terpaksa menangguhkan otonomi Catalonia