Perjalanan Tien Soeharto, Ibu Negara Tiga Dekade, Peneguh Hati Suami Saat Ingin Hengkang Dari Militer

  • 8 bulan yang lalu
POJOKSATU.id - Setelah dicopot dari kedudukan panglima Teritorium IV/Dipenogero, Hari-hari Kolonel Soeharto pun seperti tertusuk sembilu di hati.

Upacara serah terima dengan Kolonel Pranoto Reksosamodra berlangsung tanpa seremoni yang berkesan. Sejak saat itu, hubungan Soeharto dan Pranoto merenggang.

Soeharto merasa dipermalukan karena perbuatan Pranoto.

Pada 1959, praktik penyelundupan di Jawa Tengah yang melibatkan Soeharto terendus Markas Besar Angkatan Darat.

Itulah musabab dirinya digantikan oleh Pranoto. Meski punya alasan kuat untuk mensejahterakan prajurit, Soeharto tetap saja melakukan pelanggaran.

Terbongkarnya skandal itu membuat Soeharto terguncang. Dia dikabarkan berniat mundur diri militer lalu memulai kehidupan baru sebagai sopir taksi.

Beruntunglah Soeharto memiliki Siti Hartinah, pendamping yang telah diperistrinya sejak 1947.

Dengan kelembutannya, wanita ningrat yang masih keturunan Mangkunegara III itu membesarkan hati Soeharto.

Setelah diwejangi Tien, panggilan Siti Hartinah, niatan Soeharto alih profesi jadi sopir taksi urung sudah.

Saat itu, Tien menegaskan bahwa dulu dirinya tidak menikah dengan sopir taksi, tapi menikah dengan seorang prajurit, seorang tentara.

Kata-kata Tien menjadi kekuatan Soeharto untuk bangkit dan melanjutkan kariernya di Angkatan Darat, meskipun reputasinya ternoda.

Setelah “disekolahkan” di Kursus C atau Seskoad, Soeharto menduduki sejumlah pos penting di Angkatan Darat. Pelan-pelan karier militernya moncer lagi.

Nama Soeharto mulai diperhitungkan ketika kampanye militer pembebasan Irian Barat digaungkan. Presiden Soekarno menunjuknya sebagai panglima Komando Mandala pada 1962.

Setelahnya, Soeharto menjabat panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad). Pamor Soeharto kian melesat setelah berperan besar menumpas pemberontakan G30S 1965.
Kursi pimpinan tertinggi Angkatan Darat hingga kursi RI-1 direngkuhnya dalam waktu singkat.

Pada 1968, Soeharto resmi menjadi presiden yang terpilih lewat Sidang Umum MPRS ke-V.

Jabatan itu diembannya hingga tiga dekade. Dengan demikian, Tien tak lagi menjalankan tugasnya sebagai istri tentara, melainkan ibu negara.

Kehadiran Tien sebagai ibu negara mengisi kekosongan di Istana Kepresidenan yang lama ditinggalkan ibu negara sebelumnya.

Fatmawati, istri Presiden Soekarno yang juga ibu negara pertama meninggalkan istana sejak pertengahan 1950.

Meski lebih memilih tinggal di kediaman pribadi di Jalan Cendana 8 Menteng, Tien punya andil besar dalam menata Istana Kepresidenan di Jakarta.

Istana Merdeka dan Istana Negara sejak era Presiden Soeharto dipoles dengan nuansa dan rasa yang lebih Indonesia.

Mulai dari interior Istana, menu jamuan tamu negara, hingga furnitur diselaraskan dengan budaya Indonesia.
Ukiran Jepara yang banyak menghiasi sudut-sudut istana merupakan salah satu buah gagasan dari Ibu Tien.

(Kartika)

Dianjurkan