Tradisi Mebayang-Bayang Sambut Hari Raya Nyepi

  • tahun lalu
KLUNGKUNG, KOMPAS TV - Tidak semua wilayah di bali mengusung ogoh-ogoh menyambut pergantian Tahun Baru Saka, Nyepi. Salah satunya, pemuda di Desa Adat Sengkiding, Kabupaten Klungkung, Bali. Mereka menggelar tradisi yang disebut Mebayang-Bayang. Sebuah tradisi suka cita dengan media belulang atau kulit sapi yang dagingnya terlebih dahulu diolah menjadi sarana upacara tawur agung di desa setempat.

Pada tradisi Mebayang Bayang, masing-masing pemuda memegang bagian sisi kulit sapi. Secara spontan mereka kemudian berlari berputar berlawanan arah jarum jam. Tanpa rasa lelah, para pemuda dengan pakaian adat khas yang digunakan dalam ritual ini, berputar hingga depan balai desa/ dan melakukan prosesi ini hingga larut malam.

Tradisi yang diwariskan sejak tahun 1900an ini, masih dilaksanakan sesuai aslinya dengan sangat sederhana. Tradisi ini diiringi suara kentongan atau kulkul desa bertalu-talu/ serta penerangan khusus dari daun kelapa kering yang dibakar.

Bendesa Desa Adat Sengkiding, I Gede Siradnyana mengatakan, tradisi mebayang bayang dilaksanakan setiap satu tahun sekali, sehari jelang Hari Raya Nyepi. Tujuannya sebagai penolak hal-hal negatif dari luar dan dalam, sehingga desa tetap aman dan masyarakatnyapun ikut terhindar dari marabahaya, dan kesusahan.

Prosesi terus berlangsung hingga tengah malam, hingga daun kelapa kering yang disediakan untuk penerangan habis. Keesokan harinya semua warga wajib ada dirumah untuk melaksanakan catur brata penyepian.

Tradisi Mebayang Bayang saat ini sedang didaftarkan ke UNESCO untuk mendapat pengakuan sebagai Warisan Budaya Tak Benda, mengingat keunikannya, serta pelaksanaan tradisi yang sudah berlangsung sejak tahun 1900 an.











#tradisi #mebayangbayang #klungkung



Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/392917/tradisi-mebayang-bayang-sambut-hari-raya-nyepi