Layar Bersama Leila Chudori Feat. Laksmi Pamuntjak, Midnight Diner: Tokyo Series Netflix

  • last year
Tepat ketika kedua jarum jam saling berhimpit, sebuah warung di pojok Shinjuku dibuka hingga jam tujuh pagi. Demikianlah serial Jepang “Midnight Diner” selalu memulai setiap episode.  Warung dengan koki yang dipanggil Sang Master ini hanya menyajikan beberapa macam menu sederhana, seperti: tonjiru (sup miso); mie rebus yang dikupyur tumis sayur-sayuran, ikan goreng tepung, sup kol isi daging cincang, bir, sake dan shochu. Yang unik, Sang Master menerima pesanan masakan apa saja “sepanjang materi tersedia” atau “jika pengunjung membawa bahannya.”


Sepanjang tiga musim tayang yang sedang tayang di saluran digital Netflix ini, kita tak kunjung mengetahui latar belakang sang Master (Kaoru Kobayashi) kecuali dia seseorang yang sangat mendengarkan keluhan langganannya sembari sesekali menyarankan sesuatu jika diminta. Pada pembuka, suara sang Koki akan menembus malam sembari menceritakan berbagai drama para pelanggan yang terjadi di warungnya: pekerja malam, polisi yang sedang piket, penyanyi karaoke, penari erotis, waria atau komikus yang tak mengenal tidur. Semua drama para pelanggan itu pasti berhubungan dengan masakan buatan Sang Master.


Serial karya Joji Matsuoka dan Nabuhiro Yamashita  ini diangkat dari serial manga populer karya Yaro Abe. Siapa lagi yang tepat membahas ini kalau bukan novelis Laksmi Pamuntjak? Bukan saja Laksmi membawa kita pada sejarah Indonesia dengan “Amba” dan “Kekasih Musim Gugur”, tetapi Laksmi juga penulis novel “Aruna dan Lidahnya” serta beberapa seri The Jakarta Good Food Guide yang menunjukkan betapa Laksmi adalah seorang penulis dan pecinta makanan.


Berikut perbincangan Laksmi Pamuntjak dengan Leila tentang bagaimana makanan membangun kenangan, cinta , kebahagiaan sekaligus kepedihan di dalam serial Midnight Diner.

Recommended