Bioskop Selalu di Lantai Atas karena Tidak Menguntungkan bagi Mal? Cek Penjelasan Logisnya
- 2 tahun yang lalu
Meskipun menonton film sudah bisa dilakukan melalui berbagai platform, tak sedikit orang yang masih setia menikmati experience menonton film di bioskop.
Layar yang lebar serta suara yang jernih dan terasa nyata, tidak bisa kita dapatkan selain di bioskop.
Namun kalau diperhatikan, bioskop di mal selalu menempati lantai paling atas. Kira-kira kenapa ya? Simak ulasan berikut ini.
1. Untuk Kenyamanan Penonton
Anggota Dewan Arsitek Indonesia, Bambang Eryudhawan, menjelaskan bahwa bangunan bioskop membutuhkan ruangan yang besar dan tanpa tiang yang mengganggu. Sedangkan bagian dalam mal biasanya terdapat tiang penyangga dengan jarak sekitar 8 meter.
Tiang yang jaraknya berdekatan ini dapat mengganggu kenyamanan penonton jika terdapat di dalam bioskop.
"Tiang di mal itu jaraknya 8 meter. Bioskop butuh ruang tanpa kolom dengan lebar 20 meter sampai 39 meter. Coba bayangkan kalau ruangan bioskop di dalamnya ada tiang penyangga. Kan buat pengunjung juga terganggu dan nggak nyaman," tutur Bambang dikutip dari Kompas.com.
Baca Juga Triskaidekaphobia. Inikah Penyebab Hilangnya Lantai 13 di Banyak Hotel? di https://www.kompas.tv/article/296403/triskaidekaphobia-inikah-penyebab-hilangnya-lantai-13-di-banyak-hotel
2. Konstruksi Lebih Murah dan Mudah
Bioskop membutuhkan area dua lantai mal karena struktur kursi duduk yang bertingkat. Kebutuhan tinggi ruangan bioskop bahkan bisa mencapai sekitar 50 meter.
Menurut Bambang, konstruksi untuk bioskop selain di lantai teratas mal pasti akan lebih mahal, terutama masalah kolom dan kebutuhan tinggi ruangan.
Jika pun ada, biasanya gedung bioskop lantai bawah berdiri sendiri di satu bangunan khusus.
3. Strategi Marketing
Karena berada di lantai teratas, mau tidak mau pengunjung yang akan menonton film di bioskop diharuskan untuk memutari bagian dalam mal.
Hal ini diharapkan mampu mendorong penonton bioskop di mal untuk berbelanja ke booth yang tersedia di mal tersebut.
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/296549/bioskop-selalu-di-lantai-atas-karena-tidak-menguntungkan-bagi-mal-cek-penjelasan-logisnya
Layar yang lebar serta suara yang jernih dan terasa nyata, tidak bisa kita dapatkan selain di bioskop.
Namun kalau diperhatikan, bioskop di mal selalu menempati lantai paling atas. Kira-kira kenapa ya? Simak ulasan berikut ini.
1. Untuk Kenyamanan Penonton
Anggota Dewan Arsitek Indonesia, Bambang Eryudhawan, menjelaskan bahwa bangunan bioskop membutuhkan ruangan yang besar dan tanpa tiang yang mengganggu. Sedangkan bagian dalam mal biasanya terdapat tiang penyangga dengan jarak sekitar 8 meter.
Tiang yang jaraknya berdekatan ini dapat mengganggu kenyamanan penonton jika terdapat di dalam bioskop.
"Tiang di mal itu jaraknya 8 meter. Bioskop butuh ruang tanpa kolom dengan lebar 20 meter sampai 39 meter. Coba bayangkan kalau ruangan bioskop di dalamnya ada tiang penyangga. Kan buat pengunjung juga terganggu dan nggak nyaman," tutur Bambang dikutip dari Kompas.com.
Baca Juga Triskaidekaphobia. Inikah Penyebab Hilangnya Lantai 13 di Banyak Hotel? di https://www.kompas.tv/article/296403/triskaidekaphobia-inikah-penyebab-hilangnya-lantai-13-di-banyak-hotel
2. Konstruksi Lebih Murah dan Mudah
Bioskop membutuhkan area dua lantai mal karena struktur kursi duduk yang bertingkat. Kebutuhan tinggi ruangan bioskop bahkan bisa mencapai sekitar 50 meter.
Menurut Bambang, konstruksi untuk bioskop selain di lantai teratas mal pasti akan lebih mahal, terutama masalah kolom dan kebutuhan tinggi ruangan.
Jika pun ada, biasanya gedung bioskop lantai bawah berdiri sendiri di satu bangunan khusus.
3. Strategi Marketing
Karena berada di lantai teratas, mau tidak mau pengunjung yang akan menonton film di bioskop diharuskan untuk memutari bagian dalam mal.
Hal ini diharapkan mampu mendorong penonton bioskop di mal untuk berbelanja ke booth yang tersedia di mal tersebut.
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/296549/bioskop-selalu-di-lantai-atas-karena-tidak-menguntungkan-bagi-mal-cek-penjelasan-logisnya