Nuansa Politik, Pengaruh Gus Dur, dan Peran Perempuan di Pengurus Baru NU 2022-2027

  • 2 tahun yang lalu
JAKARTA, KOMPAS.TV - Menjelang 100 tahun usianya, Nahdlatul Ulama kini sedang bertransformasi

Memberikan ruang lebih banyak, bagi orang muda

Selain orang muda, ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, dan Rais Aam PBNU, Kyai Haji Miftahul Achyar, juga memberi kesempatan kepada sejumlah politikus partai.

Sebagian tokoh politik yang menonjol dan jadi perhatian publik adalah, Wakil Ketua Umum PBNU, Nusron Wahid, yang aktif di Golkar.

Hal ini, jadi pertanyaan publik, karena sebelumnya, Gus Yahya, menyatakan akan menjaga Nahdlatul Ulama berjarak dengan partai politik.

Baca Juga Stafsus Jokowi Sebut PBNU Era Gus Yahya Progresif, Ini Alasannya di https://www.kompas.tv/article/251127/stafsus-jokowi-sebut-pbnu-era-gus-yahya-progresif-ini-alasannya

Nusron menyatakan justru yang dimaksud Gus Yahya terlaksana, jarak yang sama dengan partai politik terbangun, dengan mengakomodasi para politikus sejumlah partai.

Bila Nusron keluar dari PBNU untuk menjabat di Golkar pada 2016, bagaimana dengan posisi Mardani Maming, Bendahara Umum pbnu, yang kini menjadi Ketua PDI Perjuangan Kalimantan Selatan dan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia?

Rais Aam PBNU, Miftahul Achyar menganggap tak ada masalah jika ada anggota pengurus PBNU yang mempunyai jabatan lain di luar PBNU.

Menurut pengamat politik Islam, Hasibulah Sastrawi, masuknya para politikus, ditambah peran perempuan yang lebih kuat di dalam kepengurusan PBNU saat ini, mengingatkan pada gaya kepemimpinan Gus Dur.

Hasibullah, yang juga Direktur Aliansi Indonesia Damai menilai Yahya, sedang mengimplementasikan nilai-nilai yang dikembangkan Gus Dur, cucu pendiri NU, saat memimpin NU dan menjadi presiden keempat RI.

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/251178/nuansa-politik-pengaruh-gus-dur-dan-peran-perempuan-di-pengurus-baru-nu-2022-2027

Dianjurkan