Tak Mau Berdiam Diri, Para Pemandu Wisata Dibali Banting Setir jadi Pengrajin Batok Kelapa
  • 3 tahun yang lalu
BALI, KOMPAS.TV - Tidak mau berdiam diri ketika kehilangan pekerjaan akibat pandemi covid-19, tiga sekawan yang sebelumnya berprofesi sebagai pemandu tamu, pegawai hotel, dan pengemudi ojek, akhirnya memilih beralih profesi sebagai perajin batok kelapa.

Di sebuah rumah di Desa Guwang, Sukawati, Gianyar, Bali, kreasi batok kelapa ini dikerjakan dan sudah berjalan selama beberapa minggu.

Batok kelapa yang semulanya hanya dianggap barang tak bernilai, diolah menjadi barang kerajinan yang memiliki nilai jual yang cukup tinggi.

Berbekal keterampilan mengukir, mereka mengumpulkan buah kelapa dari sungai di wilayahnya dan diolah menjadi wadah makanan ataupun minuman dengan harga di kisaran Rp7.000,- sampai puluhan ribu rupiah.

Per hari, perajin batok kelapa ini bisa menghasilkan sebanyak 15 hingga 20 produk, tergantung jenis dan kerumitan pembuatan.