Manusia Dapat Menjadi ‘Berbisa’ di Masa Depan - TomoNews

  • 3 years ago
JEPANG & AUSTRALIA — Studi baru mengatakan bahwa manusia berpotensi menjadi ‘berbisa’ di masa depan.

Penelitian ini dilakukan oleh para ilmuwan dari Okinawa Institute of Science and Technology Graduate University (OIST) dan Australian National University, yang telah dipublikasikan pada pekan ini di jurnal PNAS.

Seperti yang dilaporkan dalam rilis pers OIST, studi ini memberikan bukti konkret pertama dari hubungan molekuler antara kelenjar bisa pada ular dan kelenjar ludah pada mamalia.

Sebagai bagian dari penelitian, para peneliti kemudian mencari gen yang bekerja bersama dan berinteraksi dengan gen racun.

Mereka kemudian menggunakan kelenjar bisa dari ular habu Taiwan dan telah mengidentifikasi sekitar 3,000 gen ini.

Peneliti menemukan bahwa gen ‘penghubung’ ini sangat penting dalam melindungi sel dari stres karena produksi sejumlah besar protein. Gen ini juga merupakan kunci dalam mengatur modifikasi dan pelipatan protein.

Gen yang sama juga ditemukan di beberapa mamalia berbeda seperti simpanse, manusia dan bahkan anjing.

Para peneliti kemudian menemukan gen dalam sampel jaringan kelenjar ludah mamalia berperilaku serupa dengan yang ditemukan di kelenjar bisa ular.

Dan ini membuat mereka menyimpulkan kemungkinan adanya hubungan fungsional antara keduanya.

Penulis utama studi Agneesh Barua mengatakan bahwa banyak ilmuwan percaya studi ini secara intuitif benar.

“Banyak ilmuwan yang secara intuitif percaya bahwa ini benar, tetapi ini adalah bukti kuat pertama yang nyata untuk teori bahwa kelenjar racun berevolusi dari kelenjar ludah awal,” ujar Barua.

"Sementara ular kemudian menjadi gila, memasukkan banyak racun yang berbeda ke dalam racunnya dan meningkatkan jumlah gen yang terlibat dalam memproduksi racun, mamalia seperti tikus menghasilkan racun yang lebih sederhana yang memiliki kemiripan tinggi dengan air liur."

Barua menceritakan percobaan pada 1980-an, mereka juga menemukan bahwa tikus jantan menghasilkan 'senyawa dalam air liurnya yang sangat beracun saat disuntikkan ke tikus'.

"Jika dalam kondisi ekologi tertentu, tikus yang menghasilkan lebih banyak protein beracun dalam air liurnya memiliki keberhasilan reproduksi yang lebih baik, maka dalam beberapa ribu tahun, kita mungkin bertemu dengan tikus berbisa,” tambahnya.

Menurut Barua, meski tidak mungkin namun di masa depan manusia mungkin dapat mengembangkan bisa, tentunya dalam kondisi ekologi yang tepat.

SOURCES: PNAS, OIST.JP

Recommended