Roman Abramovich, miliarder pedonor Rp1,47 T untuk dukung permukiman Yahudi
- 4 tahun yang lalu
Sebuah investigasi yang dilakukan BBC News Arabic mengungkap keterlibatan pemilik klub sepak bola Chelsea, Roman Abramovich, terkait sumbangan dana sebesar US$100 juta atau setara Rp1,47 triliun, pada organisasi permukiman Yahudi di Yerusalem Timur.
Elad Organisation mempromosikan diri sebagai organisasi arkeologi yang fokus pada edukasi tentang Kota Kuno Yerusalem, dengan situs wisata utama Kota Daud.
Namun, ada misi lain yang tidak diungkap Elad ke publik, yakni mempererat hubungan antara Yahudi dan Yerusalem melalui permukiman Yahudi.
Bukti keterlibatan Abramovich dan Elad terungkap dalam dokumen bank yang dibocorkan pada BuzzFeed News dan dibagikan kepada International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ) serta BBC News.
Dari dokumen bank tersebut diketahui Abramovich menyumbang hingga total Rp1,47 triliun lewat empat perusahaan cangkang pada Elad, yang juga terlibat pada tindakan pengusiran warga Palestina di Yerusalem Timur.
Di sisi lain, pada 2016, Dewan Keamanan PBB menyebut permukiman Yahudi di Yerusalem Timur melanggar hukum internasional, namun Israel membantah hal tersebut. (BBC Indonesia)
Elad Organisation mempromosikan diri sebagai organisasi arkeologi yang fokus pada edukasi tentang Kota Kuno Yerusalem, dengan situs wisata utama Kota Daud.
Namun, ada misi lain yang tidak diungkap Elad ke publik, yakni mempererat hubungan antara Yahudi dan Yerusalem melalui permukiman Yahudi.
Bukti keterlibatan Abramovich dan Elad terungkap dalam dokumen bank yang dibocorkan pada BuzzFeed News dan dibagikan kepada International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ) serta BBC News.
Dari dokumen bank tersebut diketahui Abramovich menyumbang hingga total Rp1,47 triliun lewat empat perusahaan cangkang pada Elad, yang juga terlibat pada tindakan pengusiran warga Palestina di Yerusalem Timur.
Di sisi lain, pada 2016, Dewan Keamanan PBB menyebut permukiman Yahudi di Yerusalem Timur melanggar hukum internasional, namun Israel membantah hal tersebut. (BBC Indonesia)