Profil Otto Iskandardinata - Politisi dan Aktivis Pejuang Kemerdekaan

  • 5 tahun yang lalu
TRIBUN-VIDEO.COM - Raden Otto Iskandardinata merupakan salah seorang pahlawan nasional yang terkenal sebagai seorang yang sangat berani melawan Belanda.

Otto Iskandardinata pernah masuk ke dalam daftar hitam yang membuat pemerintah kolonial Belanda ketar-ketir karena keberaniannya dalam membongkar kasus bendungan Kemuning.

Otto Iskandardinata juga menjadi orang pertama yang memopulerkan frasa Indonesia Merdeka.

Otto Iskandardinata menjadi korban “Laskar Hitam” di Pantai Mauk, Tangerang yang merenggut nyawanya.

Tidak hanya itu, jenazahnya juga tidak pernah ditemukan sampai saat ini.

Ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Kepurusan Presiden RI No 088/TK/Tahun 1973 pada tanggal 6 November 1973.

Kehidupan Pribadi

Raden Otto Iskandardinata lahir pada 31 Maret 1897 di Bojongsoang, Bandung, dari keluarga terpandang.

Ayahnya, Raden Haji Rachmat Adam merupakan seorang kepala desa.

Tempat tinggalnya juga merupakan rumah paling besar dan megah se-Bojongsoang.

Ibunya bernama Nyi Raden Siti Hatijah.

Otto Iskandar Dinata menikah dengan seorang perempuan bernama Soekirah, putri Asisten Wedana di Banjarnegara yang 10 tahun lebih muda darinya.

Dari pernikahan itu, keduanya dikaruniai 12 orang anak.

20 Desember 1945 ditetapkan sebagai hari meninggalnya Otto Iskandardinata.

Ia menjadi korban “Laskar Hitam” di Pantai Mauk, Tangerang dan tidak pernah ditemukan jenazahnya pascakematiannya.

Sebenarnya pada penghujung 1952, sebuah peti jenazah tiba di kediaman Otto Iskandardinata diiringi ratusan orang.

Tapi di dalamnya tidak ada jenazah Otto Iskandardinata, melainkan hanya pasir dan air laut yang diambil dari kawasan Pesisir Mauk, Tangerang, Banten sebagai pengganti jenazahnya.

Riwayat Pendidikan

Sebagai seorang anak dari keluarga berada, pendidikan formal Otto Iskandar Dinata juga terbilang baik.

Otto Iskandardinata mengenyam pendidikan yang baik dan dikenal sebagai salah seorang siswa paling cerdas sejak sekolah dasar, menengah, hingga sekolah pendidikan guru di Bandung dan Purworejo.

Otto Iskandardinata menempuh pendidikan dasarnya di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Bandung.

Lulus dari HIS, Otto Iskandardinata kemudian melanjutkan pendidikan di Kweek-school Onder-bouw (Sekolah Guru Bagian Pertama) yang berasrama di Bandung.

Di sini, Otto Iskandardinata sudah suka berontak dengan sistem yang ada di sekolahnya, meski begitu ia tetap menunjukkan prestasinya.

Setelah lulus, Otto Iskandardinata kemudian melanjutkan ke Hogere Kweekschool (Sekolah Guru Atas) di Purworejo, Jawa Tengah.

Karena banyak membaca artikel-artikel di De Expres yang dikelola oleh Douwes Dekker, jiwa pemberontak di dalam diri Otto Iskandardinata semakin menjadi.

Tulisan-tulisan di dalam De Expres memang banyak berisi tentang kecaman-kecaman terhadap Belanda, karena itu Otto Iskandardinata mulai berontak untuk memperjuangkan hak-hak bangsanya.

Sebenarnya pelajar-pelajar HKS dilarang membaca surat kabar tersebut, namun Otto Iskandardinata tetap membacanya dengan sembunyi-sembunyi.

Surat kabar itu disembunyikan dibawah bantal.

Seringkali pula surat kabar itu dipinjamkan kepada teman-temannya.

Otto membaca tulisan-tulisan Douwes Dekker yang mengungkapkan kepincangan-kepincangan dalam masyarakat kolonial dan mengecam cara-cara yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda yang sangat merugikan kepentingan rakyat Indonesia.

Selain berotak cemerlang, Otto Iskandardinata juga dikenal bernyali tinggi, tidak suka berbasa-basi, terutama dalam mengungkapkan pikiran dan isi hatinya, karena itu dia dijuluki Si Jalak Harupat.

Pernah pada suatu ketika, Otto sengaja menyematkan dasi di pakaian seragamnya, tidak seperti kawan-kawannya yang lain.

Tak pelak, ini membuat guru sekolahnya marah.

“Otto!” hardik sang guru yang orang Belanda itu.

“Mengapa kamu memakai dasi? Saya saja tidak memakai dasi!”

Yang ditegur kemudian menjawab dengan tajam, “Tuan guru tidak perlu memakai dasi, sebab tuan sudah tua.”

“Kurang ajar kamu, ayo keluar!” sembur sang guru.

Otto Iskandardinata dengan tenang keluar dari ruangan kelas.

Dugaannya benar, tuan guru menyebutnya kurang ajar karena ia anak bumiputera.

Lain halnya jika ia anak orang Belanda, atau setidaknya seorang sinyo, gurunya pasti akan bilang bahwa ia adalah anak yang suka berterus terang.

Dianjurkan