Lokananta Records, Tempat Pembuatan Piringan Hitam untuk Suplai Siaran Radio pada Zaman Dahulu
  • 5 tahun yang lalu
TRIBUN-VIDEO.COM - Lokananta diresmikan oleh Ir. Soekarno, Presiden pertama RI pada 29 Oktober 1956.

Awalnya, Lokananta adalah pabrik piringan hitam.

Piringan hitam Lokananta digunakan untuk mensuplai materi siaran RRI seluruh Indonesia.

Lokananta saat ini digunakan untuk studio rekaman.

Namun pada zaman dahulu rekaman dilakukan di Jakarta, sedangkan Lokananta untuk memproduksi piringan hitamnya.

Master dari rekaman tersebut kemudian dikirim ke Lokananta untuk dicetak menjadi piringan hitam.

Piringan hitam yang dicetak menyesuaikan permintaan negara.

Setelah itu, piringan hitam Lokananta didistribusiskan ke RRI seluruh Indonesia.

Lokananta bertujuan untuk menyebarkan budaya lewat musik.

Orang Jawa dapat mendengarkan musik yang berasal dari Sumatera, Kalimantan, dan lain-lain, serta sebaliknya.

Sebab master rekaman yang dicetak di Lokananta berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

Banyak yang menduga alasan lokasi Lokananta di Solo karena Solo merupakan pusat budaya saat itu.

Selain karena Solo berada di tengah-tengah, yaitu di Jawa Tengah, sehingga mudah untuk pergi ke pulau lain seperti Sumatera atau ke daerah lainnya.

Namun ada juga yang mengatakan, Lokananta terbentuk karena inisiatif Wali Kota Solo saat itu sekaligus Kepala Jawatan RRI, Raden Maladi, dan diresmikan oleh Presiden Indonesia.

Nama Lokananta berarti seperangkat gamelan dari surga, yang dapat berdiri sendiri tanpa penabuh.

Sebelum menjadi nama Lokananta, pabrik piringan hitam ini disebut Indra Vox, singkatan dari Indonesia Raya Vox.

Tetapi nama tersebut tidak disetujui Soekarno karena mengandung unsur Bahasa barat, sehingga diganti dengan nama Lokananta.

PP No. 215 Tahun 1961 Tentang Pendirian Perusahaan Negara ‘Lokananta’, mengatur bidang kerja Lokananta yang berfokus pada usaha rekaman lagu daerah, pertunjukan kesenian, dan penerbitan buku dan majalah.

Melalui peraturan pemerintah tersebut juga, Lokananta dapat mendistribusikan rilisan rekaman hitamnya ke masyarakat umum, dan menjadi tempat rekaman.

Musisi legendaris Indonesia seperti Gesang, Sam Saimun, Waldjinah, Buby Chen dan Jack Lesmana pernah menjadi bagian dari institusi yang kemudian bernama ‘Perusahaan Negara Lokananta’ ini.

Piringan hitam Lokananta terakhir diproduksi tahun 1972, lalu beralih ke produksi kaset pita.

Peralihan produksi ke kaset pita ditandai dengan diproduksinya album ‘Entit’ dari musisi Waldjinah.

Tahun 1980-an merupakan masa jaya Lokananta.

Namun Lokananta mengalami penurunan karna maraknya pembajakan, ditambah pembubaran Departemen Penerangan oleh Presiden Gus Dur, membuat Lokananta tidak memiliki induk organisasi untuk bernaung.

Lokananta yang ada di daerah (di luar Jakarta) sempat vakum karena hal tesebut,

Sesuai Keputusan Direksi Perum Percetakan Negara Republik Indonesia pada 14 Oktober 2004, status Lokananta akhirnya mendapat kejelasan.

Lokananta dilikuidasi dan sisa hasil likuidasi ditetapkan sebagai Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam modal Perum Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI).(2)